Saturday, August 26, 2023

Belajar coding: serasa balik lagi ke SMP mulai dari html

 <!DOCTYPE html>

<html lang="en">

<head>

<tetle>BELAJAR HTML#01</title>

</head>

<body>

<p>Hello Word! kumaha damang???</p>

</body>

</html>

Terakhir lihat kode-kode itu saat masihi usia Sekolah menengah pertama. Pertama ada lab komputer di sekolah dan langsung belajar internet. setelah usia bapak bapak anak 3. Tiba-tiba ingin belajar kembali, karena dulu sangat tidak serius belajar. Menyesal selalu di akhir dan sekarang sudah era teknologi dan serba digital. Semoga tidak terlambat untuk belajar kembali. Dan saya mulai belajar dari Youtube WPU dan website ini https://www.petanikode.com/

Tuesday, December 17, 2019

Mencoba Terbuka LAGI

Hai guys (biar kayak youtuber), beberapa bulan ini saya berpikir tentang kenelangsaan (susah hidup) karena tidak memiliki teman yang begitu dekat atau paling tidak yang hampir setiap hari bertemu. Sempat punya beberapa teman satu hobi tapi jadi jarang komunikasi gara gara sudah tidak lagi bermain hobi yang sama atau memang bentrok jadwal sana sini. Teman memang tidak hanya dalam urusan hobi, bahkan orang asing dalam bis kota yang kita jumpa dan tak sengaja kita duduk berdampingan sekedar basa-basi tanya tujuan juga bisa disebut sebagai teman ngobrol. Lebih dari itu pribadi saya sedang butuh keberadaan teman-teman. Semenjak saya menikah banyak hal memang yang berubah, terlebih sekarang sudah memiliki 2 putri kecil yang lucu lucu. Semakin tidak ada waktu untuk urusan diluar keluarga, atau memang saya nya saja yang kurang bisa bergaul dengan baik.

Minggu lalu saya coba mencari beberapa teman lama tentu saja di kontak facebook, tapi setelah mengumpulkan list mana saja yang mau saya ajak chatting, justru saya jadi ragu, bingung mau mulai obrolan dari mana, dan hawatir akan jadi obrolan garing. Memang menyapa itu penting sebagai awal dari sebuah hubungan komunikasi. Jujur saya malu, seorang sarjana sosial ko yak sulit bersosialisasi. Kesibukan mencari nafkah untuk keluarga menjadi alasan utama yang diganjalkan pada keogahann saya bersosialisasi, itupun buruk untuk bisnis sebenarnya, tapi itu lah saya yang entah kenapa menjadi semakin tertutup dengan banyak orang termasuk pada keluarga sendiri. Sebelumnya saya orang yang cukup gampang bergaul, mampu diterima diberbagai kalangan dan menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi. Sekarang berbanding terbalik, bahkan untuk sekedar tegur sapa dengan tetangga rasa nya sulit, malu dan terlebih hawatir berbasa-basi.

Utamanya saya ini egois pada semua orang, saya hanya ingin melakukan hal yang menyenangkan bagi diri sendiri dan tidak merugikan isi kantong (PELIT). Kurang nongkrong orang bilang, ya memang kurang nongkrong, kurang jalan-jalan, dan kurang teman. Bahkan yang membuat saya semakin menyesal dan antara sadar dan pingsan, minggu lalu saya melewatkan pernikahan teman se Madrasah dulu yang sekarang sudah jadi Tentara. Sungguh sikap yang tidak layak ditiru. Apa boleh buat sudah terlewat dan harusnya saya minta maaf, tapi malah bengong liatin foto-foto acaranya saja. Saya benar-benar hawatir dan ingin sekali berubah, atau paling tidak, bisa kembali seperti dulu, menjadi pribadi yang senang menyambut orang lain dalam berkehidupan.

Pelarian saya dalam menulis tidak juga konsisten, kadang mood kadang off mood. Istri saya menyarankan untuk liburan agar lebih fresh pikiran dan bisa lebih ceria, tapi saya menolak dengan alasan tidak ada waktu dan dana. Sungguh suami yang mengecewakan, istri sudah dengan baik perhatian dan menyarankan, malah di abaikan. Boleh jadi ini adalah efek dari ketakutan saya menghadapi hidup dimasa depan. Saya takut tidak bisa menafkahi keluarga, saya takut tidak mampu bahagiakan mereka, dan berbagai ketakutan yang membuat pagar tinggi antara saya dan dunia luar. Saya benar-benar dikunci dalam pekerjaan saya sekarang membuat usaha saya tetap bertahan untuk berkembang dan tidak lagi mengalami kejatuhan.

Tempo hari ada teman se Madasah dulu yang sekarang berkerja disebuah Rumah Sakit Swasta, saya lupa dia Staff bagian apa yang jelas dia selalu punya waktu untuk berlibur, dan pernah juga mengajak saya dan keluarga liburan kepantai Pelabuhan Ratu, lagilagi saya beralasan sibuk tidak bisa meninggalkan pekerjaan, Damn.... Budak Pekerjaan. Lalu ada yang bertanya dalam sebuah video iklan youtube, Anda tidak bahagia yak,,,,, LIBURAN AJA. Sungguh menyayat hati, bukan hanya tentang waktu dan biaya. Ditambah ada zat zat Mager pada diri saya yang malas bepergian jauh akhir-akhir ini, mungkin lain cerita kalau saya sudah bebas financial. Mau liburan tinggal berangkat, mau makan dimana aja ayo, mau kemana aja bebas. Tapi kapan,,,,?! nunggu sampai pada posisi seperti itu membutuhkan tiga kali Rengkarnasi sepertinya.

Membuat hidup semakin miris, dimana saya hanya menjadi penonton untuk seluruh perjalanan orang lain, entah itu di facebook, Instagram dan hingga youtube, saya dengan senang hati menyaksikan mereka bepergian ke berbagai tempat dengan mudah nya. Saya juga mudah sekali mengklik berbagai video jalan-jalan mereka, dudu nyemil kripik dan bilang Wow dalam hati. Tentu bukan hal yang instan bagi mereka yang senang berlibur. Butuh banyak biaya waktu dan pengorbanan untuk bisa menikmati itu semua, tapi ada pulang yang membuat liburan mereka menjadi pekerjaan seuutuhnya.

Saya punya beberapa akun sosial media, tapi fungsinya bahan tidak membuat saya memiliki teman, saya hanya menjadi Stalker untuk semua aktivitas teman-teman sosmed atau hanya menjadi penerima broadcast. Masalahnya memang ada pada diri saya yang tidak berani memulai. Sebaiknya saya mulai mencoba kursus basa basi agar mudah memulai perbincangan dan mencoba kembali berteman dan menacari teman.

Mencoba kegiatan baru juga bisa membuka peluang saya untuk mendapatkan teman, tapi tentu saya harus luangkan waktu. Mengaapa tidak berdamai dengan kegiatan sehari-hari dan mencoba lebih terbuka pada orang lain disela-sela perkerjaan. Setiap harinya saya harus melayani kebutuhan sarana internet dan komunikasi orang-orang atau bahasa kerennya Telekomuncations Services yang dapat di sederhankan sebagai Konter Pulsa. Saya sendiri yang mengelola dan tanpa karyawan full time dari jam 8 pagi hingga jam 9 malam, waktunya panjang untuk bertemu dengan bebagai macam konsumen dan tentunya mereka kebanyakannya benar-benar konsumen yang datang dengan kubutuhan lalu kemudian pergi setelah kebutuhannya terpenuhi serta meninggalkan beberapa lembar rupiah sebagai biaya yang harus dibayarkan. Tak ada komunikasi tambahan, bahkan beberapa konsumen hanya menggunaakn simbol jari untu memesan sesuatu.

Saya hanya bisa berharap ada kesempatan untuk berteman lagi, berat dan sepi sekali menjadi sendiri. bukan hal yang mudah dan bahkan terasa sangat mahal untuk menjalani kehidupan tanpa teman. Meskipun sudah memiliki teman yang melekat dan bersumpah setia untuk hidup bersama. Semua itu juga tak penah menjadi cukup. Teman yang biasa untuk berkumpul bersama sekedar membual lelucon, berbagi cemilan dan mencari ide-ide baru dalam berbagai hal. Kita benar-benar membutuhkan teman, untuk kalian yang masih sangat intens bertemu teman, jangan pernah menghindar dan sia-siakan. Sungguh kesendirian bukan hal yang nyaman.

Mencoba flashback masa-masa saat masih anak-anak bertemu seorang teman pertama anak bertubuh tegap tinggi tetangga samping rumah, beranjak usia belajar, banyak teman di lingkungan Mushola saat mengaji bersama, lingkungan pertemanan satu RT, satu kampung. Tak ada rasa takut kemanapun pergi bersama teman. Mencoba berbagai hal dan menghayalkan tentang masa depan. Masuk sekolah semakin banyak teman baru tingkat sekolah dasar jangkauan bermain semakin luas bahkan anak-anak itu berani bermain hingga ke pusat kota, karena bersama teman, keberanian anak ingusan ini semakin meningkat. Makin dewasa, kita terpaksa harus berpisah jarak dari teman-teman karena takdir masing-masing yang berbeda. Lingkungan baru, teman baru tapi tak lupa teman lama. Adakalaanya merindukan masa lalu, percuma tidak akan kembali. Lebih dewasa lagi, ditambah kesibukan kita semakin kehilangan sosok teman, sahabat yang menguatkan kita, menopang kita, mendukung kita hingga mengingatkan kita.

Siapapun yang membaca ini dan merasa kesepian, carilah teman, tak ada ruginya bertegur sapa, karena manusia tak seharusnya sendiri. Mungkin jika diizinkan untuk menjadi pribadi yang terbuka lagi, saya ingin sebebas-bebasnya mencari mereka-mereka yang pernah ada dalam hidup saya sedari kecil. Berterimakasih pada mereka yang telah setia mengingat saya, masih menjadikan saya teman baik dalam hati mereka, maupun dalam kontak mereka. Apa yang membuat mu bersalah pada diri sendiri dan teman-teman, berdamailah. Sungguh tak ada kemarahan yang abadi dari sesama teman.

Bisa jadi jika seseorang terus saja menyendiri, akan mempercepat kematiaanya, karena tidak ada teman yang akan usil pada malaikat pencabut nyawa, hingga enggan untuk datang lagi pada teman mereka. Lebih tepatnya ungkapan tentang orang yang jarang bersosialisasi, akan lebih banyak ketakutannya dibanding ketenangannya. Lebih dari kata seimbang tentang kebisingan dan kesunyian. Manusia butuh kedua hal itu. Bisakah semua berubah begitu saja, tentu tidak. Dan mulai lah dengan mengeluarkan suaramu, katakan Hai,,,,,.dan tersenyumlah dengan penuh kerelaan. Sungguh mereka tak akan menjahatimu.

Tuesday, June 18, 2019

Tak Pernah Lelah?

No matter how, i will always love you. Bukan hal yang mudah memang mencintai dalam berbagai kondisi. Hari manusia selalu berubah pada taraf-taraf tertentu, menjadikannya makhluk yang unik sekaligus labil pada keadaan atau bisa d ekspektasi kan sebagai respon beradaptasi.

Saat keadaan menuntut nya untuk berubah maka si Manusia itu akan menyesuaikan diri sikap tindak dan rasanya pada situasi yang ia hadapi.

Manusia dewasa yang telah mengambil tanggung jawab dalam mencintai manusia, bahkan semacam tak menjadi waras mampu bahkan memaksakan mampu mengorbankan apapun pada dirinya demi memunculkan bahagian pada pasangannya.

Mulai dari saat mereka saling mengenal satu sama lain, mereka akan mulai mengorbankan segala sikap ego dan segara pemikiran pada mulanya seraya menyesuaikan diri untuk saling memahami.

Dalam rumus matematika bentuk bumi yang manusia duduki itu bulat dengan titik probabilitas yang tak terhingga, serupa takdir alur hiduk manusia itu sendiri yang tak bisa di tebak arahnya. Dalam jalannya sebuah hubungan cinta manusia dan manusia itu pun memiliki banyak kemungkinan pada setiap sebab yang terjadi. Jika bertindak A bisa jadi hasilnya tidak akan menjadi A, kemungkinan pada respon B,C,D dan seterusnya.

Senpanjang apapun aku menjelaskan, kemungkinan respon balasan dari mu tak akan sama persis dengan apa yang aku harapkan. Maka aku harus sesuaikan jalan kedepannya.

Maaf jika aku bukan seperti apa yang kau mau, namun yang patut kamu tahu, bahwa aku tak pernah berhenti mencari probabilitas terbaik untuk adanya kita dalam bahagia.

Mungkin bukan saat ini, atau mungkin belum saat ini. Tak elok rasanya menyuruhmu bersabar setiap waktu, harusnya aku yang lebih berdarah untuk apa yang kita cari. Tapi jangan campakkan aku jika aku pulang dengan hampa. Sungguh pula aku tak ingin hanya memberimu manis manisnya pengharapan. Namun adakalanya aku harus membual untuk menenangkan gemuruh kebencian dalam kita. Walau aku tahu bualan itu hanya akan menambah tuntutan d waktu kelak, dan penghakiman yang amat rendah pada ku disaatnya nanti.

Sayang, maafkan aku jika kau lelah bersama ku, karena ku ajak kau berlari di jalan terjal. Seharusnya aku punya keberanian untuk mencuri gerobak itu agar kau naik duduk manis dan aku yang menjadi kuda pacunya.

Seraya berpandang pada langit dan menghela nafas panjang sembari bertanya pada diri,"Apa aku salah atas segala keadaan ini". Hanya Berharap Tuhan tak mendengar yang baru saja kuucap, karena akan sangat menghina, seolah Tuhan tak mampu mencipta keajaiban dalam keadaan ku.

Segala puji untuk Mu yang maha kuasa, telah menjadikan aku ada dari tiada, dan menjadikan kami bersatu dari terpisah, dan atas seluruh titipan yang ada pada kami, tuntun kami dalam menjaganya.